Kisah Inspiratif Haji - Mbah Tono Pemulung Asal Ponorogo

Membahas tentang kisah inspiratif haji ada banyak yang bisa kita temukan dari berbagai wilayah. Di mana setiap kisah yang dialami oleh mereka begitu mengharukan dan bisa dijadikan motivasi untuk menunaikan ibadah satu ini walaupun memiliki keterbatasan ekonomi.

Keterbatasan ekonomi bukanlah menjadi penghalang untuk berangkat haji asalkan tekun dalam berusaha dan mempunyai tekad yang kuat. Salah satu cerita inspiratif berasal dari seorang pemulung asal daerah Ponorogo bernama Mbah Tono.

Selain kisah Mbah Tono, masih ada cerita ispiratif lainnya yang juga mengharukan yaitu dari Nenek Hasinah dan Mohamad Saeid. Seluruh cerita dari tokoh tersebut akan dibahas lebih lengkap pada uraian berikut.

Kisah Inspiratif Haji - Mbah Tono Pemulung Asal Ponorogo


Kisah Inspiratif Haji Mbah Tono Pemulung Asal Ponorogo

Kisah inspiratif pertama yaitu Mbah Tono asal Kota Ponorogo, tepatnya Kelurahan Tinatan yang merupakan seorang pemulung. Nama lengkapnya adalah Supartono. Beliau berangkat haji pada usianya yang sudah mencapai 61 tahun.

Kegigihan dan tekad yang dimiliki berhasil membawanya menuju perjalanan ke tanah suci. Selain menjadi seorang pemulung, beliau juga memiliki pekerjaan lain yakni serabutan serta tukang becak.

Mbah Tono sudah sejak tahun 1983 silam menjadi pemulung dan tukang becak. Beliau juga melakukan pekerjaan lainnya yakni tukang sapu. Bukan hanya itu saja, kadang-kadang juga diminta memotong kayu dan memperbaki atap atau genting rumah milik orang lain. 

Beliau mengatakan seluruh pekerjaan serabutan yang bisa dilakukannya dikerjakan asalkan halal. Kisah inspiratif haji yang dialami berawal dari mimpi beliau digandeng oleh seseorang berkeliling Ka'bah. 

Mimpi tersebut terjadi pada tahun 1998 lalu. Ketika sudah terbangun dari mimpi, beliau berdoa dan dengan bersungguh-sungguh kepada Allah supaya diberi kemampuan untuk menunaikan ibadah satu ini di tanah suci.

Upaya yang Dilakukan Mbah Tono Hingga Berhasil Berangkat Haji

Tidak hanya sekadar berdoa, tapi Mbah Tono berusaha mewujudkan impiannya untuk berangkat haji dengan menabung setiap harinya sedikit demiki sedikit. Per hari biasanya Rp 3 ribu, Rp 5 ribu dan paling banyak Rp 15 ribu. Bila dilihat penghasilan dari pekerjaan beliau tidak seberapa.

Bahkan uang yang ditabung per harinya tampak tidak banyak. Tapi, karena Mbah Tono tidak pernah patah semangat dan selalu yakin bahwa Allah akan membantu mewujudkan harapannya, akhirnya beliau mampu mendaftar haji sesudah bertahun-tahun menabung.

Beliau begitu yakin bahwa dengan doa sekaligus ketekunan, harapan berangkat haji yang begitu diimpikan bisa terwujud. Dari kisah inspiratif haji tersebut membuktikan bahwa saat hamba memiliki tekad kuat untuk menunaikannya, Allah akan memberikan rezeki dari arah mana saja.

Selain dari tabungan yang berhasil disimpan, Mbah Tono juga mendapatkan uang dari komisi menjualkan tanah milik orang lain sebesar Rp 7 juta. Dari uang komisi tersebut ditambah tabungan, beliau akhirnya pada tahun 2011 berani mendaftar haji.

Setelah mendaftar, rezekinya semakin bertambah lancar. Bahkan Mbah Tono kerap memperoleh bantuan dari warga. Untuk menambah uang pemasukan, beliau memulai ternak sapi dan kambing.

Bagi Mbah Tono, 2024 menjadi tahun yang penuh keberkahan. Sebab, tahun ini beliau dijadwalkan terbang menuju Baitullah dan tergabung dalam Embarkasi Surabaya Kloter 19. Kisah inspiratif haji ini membuktikan dengan kerja keras serta tekad apapun mimpinya bisa diraih.

Termasuk menunaikan ibadah satu ini yang seperti kita tahu biayanya tidaklah murah. Lewat kisah ini, bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa berangkat ke tanah suci Mekah tidak hanya dapat dilakukan oleh orang kaya saja.

Nenek Hasinah Nabung di Bawah Bantal untuk Berangkat Haji

Kisah inspiratif haji berikutnya berasal dari Nenek Hasinah yang merupakan seorang guru ngaji asal Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Beliau berhasil mewujudkan mimpinya untuk beribadah haji pada tahun 2024 di usia 71 tahun.

Nenek Hasinah mendapatkan biaya untuk berangkat haji dari upah mengajarnya ngaji selama 12 tahun. Pada tahun 2019 Nenek Hasinah sudah pernah melakukan umrah. Beliau sudah menjadi guru ngaji sejak tahun 1974 lalu.

Sebagai guru ngaji, Nenek Hasinah tidak meminta bayaran pada murid-murid yang diajarnya sedikitpun. Tapi, semenjak beliau tinggal sendiri karena suaminya meninggal, akhirnya murid-murid yang mengaji memberikan uang untuk membayar biaya air serta lampu.

Orang tua para murid mengatakan untuk membantu beliau dengan biaya seharga air dan lampu. Kemudian Nenek Hasinah memberitahukan bahwa membayarnya Rp 10 ribu saja per bulannya. 

Kebijakan mengenai iuran mengaji tersebut baru diadakan sesudah beberapa tahun lamanya beliau mengajar. Kisah inspiratif haji ini berawal dari iuran mengaji yang didapatkan dikumpulkan dan simpan dibeberapa tempat.

Pada awalnya disimpan di bawah bantal, lipatan buku, bawah kasur serta pakaian. Kemudian, sesudah terkumpul banyak hingga jutaan, baru beliau tabung di bank. Murid yang mengaji seiring berjalannya waktu semakin banyak.

Artinya, tabungan beliau bertambah hingga akhirnya bisa mendaftar pada tahun 2012. Kala itu Nenek Hasinah menyetor uang sejumlah Rp 25 juta. Sesudah menunggu selama 12 tahun, akhirnya beliau berangkat pada tahun 2024 dan sisa Rp 33 jutanya berhasil dilunasi.

Ketika banyak orang bertanya apa pekerjaan beliau hingga bisa menunaikan ibadah umrah dan haji, beliaupun tidak tahu. Mungkin karena Nenek Hasinah mengajar ngaji anak-anak, lalu Allah kabulkan rencananya.

Mohamad Saeid Tukang Tambal Ban Asal Pamekasan Berangkat Haji

Kisah inspiratif haji lainnya dari Mohamad Saeid, seorang kakek berusia 78 tahun asal Madura, Jawa Timur, tepatnya Dusun Ngaporan Kelurahan Kowel Pamekasan. Kakek Saeid pada tahun 2024 akhirnya berhasil berangkat haji ke tanah suci sesudah puluhan tahun menantikannya.

Pekerjaan beliau sehari-harinya adalah tukang tambal ban pinggir Jalan Raya Pasar Tradisional Blumbungan. Sesudah menabung selama 57 tahun, akhirnya beliau bisa berangkat menunaikan ibadah satu ini. Awal mula menabung dimulai semenjak beliau keluar SD.

Sudah sejak awal Kakek Saeid dengan istrinya yang bernama Hanima mempunyai keinginan untuk melaksanakan ibadah ini. Usia Hanima adalah 68 tahun. Kisah inspiratif haji satu ini berawal dari ketekunan dan kesabaran keduanya dalam menabung.

Karena kesabaran serta ketekunan Kakek Saeid dan istrinya dalam menyisihkan uang setiap hari dari hasil pekerjaan sebagai seorang tambal ban, akhirnya bisa digunakan untuk mendaftar haji. Beliau mengatakan menabung untuk mendaftar sudah dilakukan sejak tahun 1967 silam.

Uang yang dikumpulkan pada kisah inspiratif haji satu ini per harinya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu. Kakek Saeid mengatakan uang yang digunakan untuk membayar pendaftaran murni dari hasil tabungan pekerjaan tambal ban.

Beliau mendaftar pada tahun 2011, kemudian berangkat tahun 2024. Selain dari pekerjaan tambal ban, beliau mengatakan bahwa uang yang ditabung juga berasal dari hasil jualan kopi sang istri di pasar Tradisional Blumbungan Pamekasan.

Uang dari istrinya yang ditabung kadang Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu setiap harinya. Berdasarkan kisah tersebut, terbukti bahwa dengan ketekunan dan kesabaran sekaligus doa, seseorang bisa berangkat haji walaupun gajinya tidak tampak besar.

Dengan seluruh kisah tersebut, diharapkan kita untuk tidak mudah menyerah ketika berniat ingin menunaikan ibadah haji walaupun tampak berat dari segi ekonomi. Beberapa kisah inspiratif haji diatas menunjukkan bahwa tekad dan ketekunan bisa membantu mewujudkannya.


Meta Keyword: Kisah inspiratif haji

Meta Deskripsi: Membahas tentang kisah inspiratif haji ada banyak yang bisa kita temukan dari berbagai wilayah salah satunya Ponorogo dari Mbah Tono seorang pemulung.

Referensi:

  • https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/kisah-inspiratif-mbah-tono-pemulung-asal-penorogo-yang-naik-haji
  • https://news.okezone.com/read/2024/05/12/340/3007246/kisah-inspiratif-nenek-tahun-nabung-di-bawah-bantal-untuk-naik-haji?page=all
  • https://www.viva.co.id/trending/1716866-kisah-tukang-tambal-ban-di-pamekasan-bisa-naik-haji-bersama-sang-istri-setelah-penantian-57-tahun


Ust. Amien Mujaddid Seorang da'i serta pemandu haji dan umroh dari Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Iklan Atas Artikel

daftar haji sekarang!

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

daftar haji sekarang!